Sleep Tight, Kak.

October 2nd, 2013; 12.15. Your last tear I wish I could shed, I thought it was a tear of joy, Kak. I started to think that you'll soon come back to us. But He took you, without even letting me know.
Aku mengingat cukup banyak hal tentang kita. Bahkan kali pertama kau berkunjung, bagaimana derap langkah percaya diri-mu terdengar mengesankan. Aku harap tidak terlambat untukku mengaku, malam itu, untuk pertama kalinya aku terjaga sebegitu larut. Tidak punya kesabaran untuk menyimpan rasa penasaran, sejak papa bilang kau berencana menginap. Jadilah semalaman itu, dengan mata setengah-mengatup-setengah-mengintip, kuperhatikan kau sibuk mengutak-atik entah pakaian atau apa dari tas kain yang kala itu mungkin bisa untukku bersembunyi di dalamnya.

Aku menangkapmu menoleh khawatir setiap kali kubalikkan atau sekedar kurenggangkan tubuh. Setelahnya, kudapati kau memperhalus caramu melipat pakaian dan menata barang, berharap tidak sedikitpun suara mampu membuatku terjaga. Terima kasih.

Satu-dua hari, jarang aku mulai berbicara, sedang kau sudah mencapai mana pula bercerita. Panjang lebar, tentang sekolah, libur kenaikan kelas, keluarga, dan rumah. Bahkan kemudian kau turuti kami berlibur ke Klaten. Mengenal hampir seluruh keluarga besar dari mama, kau bilang senang, mendadak punya banyak adik. Kau bilang senang, mengunjungi Prambanan dan Borobudur. Senyum cantik itu, masih jelas tersimpan dalam album foto di kamar mama, Kak. Memelukku dan tertawa demi difoto dengan background Borobudur yang bukan main ramainya, dengan topi lebar yang tak lama sebelumnya dibeli dari penjual souvenir di pelataran candi.

Kak, aku masih ingat bahagianya memanggilmu 'kak' saat itu. Karena tak satupun kakak sepupu kupanggil 'kak'. Hanya berkutat pada 'mbak' dan 'mas' yang menurut adik payahmu ini kuno. Tapi aku juga masih mengingatnya, betapa kau memohon dipanggil 'mbak', sebutan sayang yang sama sekali tidak familiar ditelingamu sebenarnya. 'Manggil kakak itu susah. Lebih enak mbak, lebih gampang, lebih singkat juga ,' siapa yang bisa lupa komentar kau itu. Tapi aku tidak mengalah, Kak. Tetap saja menurutku aneh, jadi aku tetap bersikeras dengan panggilanku. Meski begitu, aku masih tetap sayang kau, Kak. Sangat.

Jadi, kau harus tahu pula, betapa kagetnya aku mendengar kabarmu, Minggu sore kemarin. Tidurmu terlalu lama, Kak. Aku bahkan melewati upacara bendera dan ulangan kimia, kau tahu? Dan hari berikutnya usai menyelesaikan tugas biologi, kau belum berniat bangun pula rupanya.

Dan Ia mengizinkan melanjutkan istirahat panjangmu. Selamat beristirahat, Kak. Tempat yang jauh lebih baik untukmu di sisi-Nya. Senyum yang terkembang jauh lebih cantik di tempat yang jauh lebih mengagumkan dibandingkan Borobudur kita kala itu. Kali ini biar aku yang mengalah, merindukan kau. I miss you like crazy.
I still am going to share you a bed tonight. Here is your blanket, make sure to visit my dreams and kiss me goodnight. Sleep tight.

Komentar

Postingan Populer