Tetes Lilin Harapan

Kain kusam tak sanggup menanti
Tetes coklat lilin mangkuk tembaga
Kusemat janji,
dalam tiap celah transparannya
Malam ini, bulan bintang jadi miliknya

Pada siapa aku bertanya?
Gores rumit ini, aku tak bisa
Hanya bersama kanvas, aku bersanding bangga
Hanya dengan kuas, aku sanggup menyisip makna

Jemariku tak mampu meraba
Canting tua itu, harapan nenek delapan tahun lalu
Gelembung kecil lilin cair mendidih dihadapku
Sahabat tuanya,
tuk lewati pagi, rajutan sang mentari

Lukisan cantik buatannya, di sini
Di atas kain tipis penutup tubuhku
Batik, ia pernah menyebutnya
Ketika tawaku bergelak, tanpa peduli

Mereka berebut pandang, si rambut pirang
berkulit putih pucat
Bibir mereka berucap asing, aku tahu mereka takjub
Bukan pada cat minyak merah muda
Yang kutoreh di atas kanvas mahal dari ayah
Hanya kain bercorak coklat sederhana itu
Hanya itu

Sungguh, negara menghargainya
Menjaga tiap garis kecil yang menyusuri jahitannya
Bukan gambar istana yang kubuat pagi ini
Dengan kuas mungil pemberian ibu
Hanya kain bercorak coklat sederhana itu
Hanya itu..


18 April 2011


Komentar

Postingan Populer