Tetes Peluh Yang Terlupa
Dengan derai air mata,
yang mengalir tanpa kehendakku,
di atas helaian permadani biru tua
Aku hanya diam,
selagi pertanyaan-pertanyaan itu menghujam kepala
Gadis itu tak mungkin lagi peduli
Sisa hiruk pikuk pagi tadi,
yang mengunci setiap sisi nuraninya
Ia tak mendengarkanku, atau bahkan berbicara
Tubuh ini bagai lembaran kaca transparan,
sepenuhnya tak terlihat
Atau mungkin ragaku, tak lagi dibutuhkan ?
Tegal, 19 Februari 2011
Komentar
Posting Komentar